Trenggalek - Dinas Periwista dan Kebudayaan (Disparibud) Trenggalek mengaku kewalahan untuk memenuhi terget Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk tahun anggaran 2018. Dari terget Rp8,7 miliar baru tercapai 70 persen.
Kepala Disparibud Trenggalek, Joko Irianto, mengatakan kemungkikan besar target Rp8,7 miliar tersebut untuk terpenuhi, mengingat saat ini mulai terjadi musim penghujan. Sehingga jumlah kunjungan wisata juga akan mengalami penurunan.
"Yang sekarang kelihatannya memang sulit, tapi ya kita optimistis saja dan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi di sisa dua bulan ini," kata Joko Irianto usai rapat di DPRD Trenggalek, Selasa (13/11/2018).
Dijelaskan, berbagai persoalan juga masih mengiringi sektor pariwisata di Trenggalek, sehingga pendapatan yang diperoleh belum bisa maksimal. Persoalan tersebut mulai dari sistem penarikan retribusi, fasilitas wisata serta strategi promosi yang belum sempurna.
"Seperti tadi disampaikan oleh angota dewan terkait retribusi, memang ada benarnya, jadi kalau malam hari banyak wisatawan yang tidak dikenakan retribusi. Karena jumlah personil kami sangat terbatas. Inilah yang ke depan akan kami penuhi," jelasnya.
Joko menambahkan, selain sektor retribusi tiket masuk lokasi wisata, pendapatan di dinas pariwisata juga ditunjang oleh berbagai sektor lain, termasuk hotel hingga sewa lahan.
"Nah terkait dengan retribusi sewa lahan sendiri, kami akui masih banyak diantara penyewa yang belum membayar. Inilah yang saat ini kami terus lakukan penagihan, semoga bisa menambah PAD," ujar Joko.
Terget PAD 2019 Kembali Naik
Sementara itu meskipun terget PAD sektor wisata tahun ini belum terpenuhi, namun pada proyeksi tahun anggaran 2019 mendatang Pemerintah Daerah Trenggalek justru kembali menaikkan terget pendapatan dari semula Rp8,7 miliar menjadi Rp12,5 miliar.
Joko Irianto mengakui peningkatan proyeksi yang sudah masuk dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Priorotas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) 2019 tersebut cukup berat untuk diwujudkan. Bahkan dalam rapat dengan Badan Anggaran DPRD Trenggalek pihaknya meminta untuk dilakukan revisi, namun tetap ditolak.
"Seperti yang kita lihat bersama, sebetulnya itu terlalu besar, namun karena sudah masuk dalam KUA-PPAS maka tidak bisa direvisi. Kami tentu hanya akan berusaha untuk memenuhi itu dengan berbagai program dan strategi khusus,' kata Joko.
Strategi pemenuhan peningkatan PAD tersebut yakni dengan menaikkan harga tiket masuk di sejumlah sektor wisata, seperti Pantai Pasir Putih yang sebelumnya Rp10 ribu akan dinaikkan menjadi Rp15 ribu, sedangkan Pantai Prigi dari Rp7.500 naik menjadi Rp10 ribu, demikian halnya dengan beberapa destinasi wisata lain yang dikelola dinas pariwisata.
"Tidak hanya itu saja, kami juga akan melakukan kerjasama pengelolaan aset wisata milik Perhutani, seperti Pantai Konang, Pantai Cengkrong, Pemandian Tapan dan beberapa obyek lain, kemudian juga akan kami genjot melalui even," ujarnya.
Joko mengaku hal itu saja tidak akan cukup, karena untuk menarik tingkat kunjungan wisata dibutuhkan penambahan fasilitas maupun strategi promosi yang mumpuni. Dikatakan terget Rp12,6 miliar PAD akan terpenuhi apabila tingkat kunjungan wisata yang datang mencapai 700 ribu dalan satu tahun.
"Sedangkan tingkat kunjungan tahun ini masih pada angka 650 ribu/ tahun, dengan jumlah tersebut kalau diterget untuk Rp12,5 miliar memang terlalu tinggi," jelasnya.
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon