Imam Ma'ruf, salah satu penyandang tunanetra sedang mengerjakan soal ujian UASBN di SDLB Kemala Bhayangkari Trenggalek |
Trenggalek - Para siswa penyandang tuna netra yang menjadi peserta Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (USABN) di Trenggalek mengeluhkan naskah ujian yang terlalu panjang, sehingga menyulitkan dalam pengerjaan.
Salah seorang siswa tuna netra di SDLB Kemala Bhayangkari Trenggalek Imam Ma'ruf, mengatakan naskah soal yang terlalu panjang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membaca, terlebih soal yang diujikan menggunakan huruf braille.
"Seperti tadi pada soal matematika, soal ceritanya itu panjang, sehingga kadang ketika mau menjawab itu sudah lupa," katanya kepada sejumlah wartawan, Jumat (4/5/2018).
Meski sedikit mengalami kesulitan, namun ia mengaku mampu menuntaskan seluruh soal yang diujikan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Pihaknya berharap hasil ujian yang telah dilakukan mendapatkan nilai yang maksimal.
Sementara itu salah seorang pengajar SDLB Kemala Bhayangkari I Trenggalek Lindarti, mengatakan dalam ujian kali ini terdapat tiga siswanya yang menjadi peserta, terdiri dari dua tuna netra dan satu tuna daksa. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, ketiga peserta memiliki semangat tinggi untuk mengikuti seluruh tahapan ujian yang telah diagendakan.
"Alhamdulillah sampai hari ini prosesnya berjalan dengan lancar, anak-anak mampu mengerjakan soal sesuai dengan tenggat waktu yang ditentukan," kata Lindarti.
Dikatakan, dalam UASBN kali ini masing-masing peserta didampingi langsung oleh seorang guru, hal ini dilakukan untuk membantu para siswa dalam mentrasfer jawaban ke lembar jawaban komputer (LJK) serta membantu membacakan soal apabila peserta mengalami kesulitan.
"Untuk anak tuna netra soalnya menggunakan braille, karena anak-anak sini memang sudah lancar untuk menggunakan braille," ujar Lin.
Menurutnya, tidak ada kendala yang berarti dalam proses ujian kali ini, hanya saja sejumlah peserta mengeluh tentang soal ujian yang terlalu panjang. Pihanya berharap, ke depan tim pembuat soal ujian agar melakukan evaluasi dan kajian yang lebih mendalam, sehingga soal untuk tuna netra tidak terlalu panjang.
"Karena mereka mengandalkan rabaan dan daya ingat. Misalkan, untuk soalnya ini kami transfer dari soal awas menjadi braille, satu mata pelajaran ada yang sampai 30 lembar," imbuhnya.
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon