Trenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek menjalin kerjasama dengan Institut Atsiri Universitas Brawijaya, Malang untuk mengembangkan produksi minyak atsiri dari tanaman nilam maupun serai wangi.
Pusat budidaya atsiri ini dilakukan di kawasan Dilem Wilis, Kecamatan Bendungan. Pada tahap awal, pihak UB memberikan bantuan berupa alat penyuling minyak atsiri serta menggelontorkan bantuan bibit serai wangi serta nilam unggulan untuk dibudidayakan di kawasan lereng wilis.
"Kami ingin ini memulai menggeliatkn produksi minyak atsiri di Trenggalek ini, makanya kami coba untuk tahap awal di sini, ini akan kami amati terus bagaimana progres dari peralayan penyulingan ini," kata Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak, Jumat (9/2/2018).
Menurutnya, untuk program kerjasama tersebut pihaknya juga akan mengajak partisipasi 200 warga sekitar Dilem Wilis, sehingga terjadi transfer pengetahuan dan percepatan dalam proses pengembangan Atsiri.
"Untuk menunjang ini kami akan membentuk UPT, dengan adanya unit yang tetap, ini akan memastikan KPI (key performance indicator) khusus. Misalkan tadi saya sebut tentang produk turunan, ya sudah kita harus punya terget misalkan tiga atau empat, kemudian kira-kira mana yang cocok untuk diproduksi masal," imbuhnya.
Lebih lanjut Emil menjelaskan, pengembangan tanaman nilam dan serai wangi sebagai bahan utama minyak atsiri di wilayah pegunungan Trenggalek cukup potensial. Namun untuk mencapai harapan tersebut dibutuhkan kerja keras dari selurun elemen, mulai dari pemerintah daerah, masyarakat serta pendampingan tim ahli dari UB.
"Jadi kami pemerintah daerah tidak boleh berfikir bisnis 100 persen, tapi ini adalah cara kami untuk memancing atau stater agar masyarakat mulai tertarik dengan produk-produk alternatif ini. Kalau sudah bersama-sama maka ini akan besar," jelasnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya, Mohammad Bisri, mengatakan bantuan alat penyulingan minyak atsiri tersebut merupakab bentuk kontribusi perguruan tinggi dalam pengemangan perekonomian masyarakat melalui teknologi.
"Ini sekaligus menjadi kampus kedua lapang untuk Intitut atsiri, jadi kami tidak perlu membuat lagi di Malang, untuk lapangannya cukup di Trenggalek saja. Nanti bisa kita gendong bareng-bareng," ujarnya.
Pihaknya mengaku tidak hanya sebatas memberikan batuan peralatan, namun juga akan terus mengawal program kerjasama tersebut sehingga mampu berjalan sesuai engan terget yang diharapkan dan memberikan kontribusi serta manfaat bagi masyarakat.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Istitut Atsiri, Chandrawati Cahyani berharap produk atsiri lokal Indonesia mampu bersaing dengan berbagai macam produk serupa dari belahan dunia, terlebih saat ini atsiri Indonesia masuk tiga besar di dunia.
"Untuk produksinya Indonesia masih kalah dengan China dan India. Kami harapkan Indonesia lebih berkembang dengan produk atsirinya, kerena setiap negara itu memiliki kualitas yang berbeda, meskipun sama-sama nilam tapi kualitasnya beda," ujarnya.
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon