Salah satu warga, Wiji, sabtu mengatakan, penggunaan air seadanya tersebut dilakukan karena sumur-sumur di lingkungan sekitarnya telah mengering.
"Yang masih ada airnya hanya di sini ini. Awalnya jernih, tapi kalau sudah beberapa kali ditimba langsung keruh, karena airnya hampir habis. Kalau mau digunakan didiamkan dulu," katanya.
Meski kondisinya kotor, sumur yang berada dua kilometer dari perkampungan tersebut tetap menjadi andalan warga. Tidak kurang 60 kepala keluarga setiap hari mengantre di sumur itu guna mendapatkan air.
"Kondisi semacam ini rutin terjadi setiap tahun, hanya saja untuk tahun ini agak mundur, kalau biasanya bulan Juni itu sudah kering, ini baru mulai kering bulan Juli," jelasnya.
Wiji menambahkan, krisis air yang terjadi dua bulan terakhir mulai mengganggu aktifitas sehari-hari. Air yang biasanya dialirkan melalui pipa, kini mati total.
"Setiap hari harus bolak-balik mengambil air di sumur, kalau tidak begitu ya tidak bisa masak maupun mandi," ujarnya.
Hal senada juga dikatakan warga yang lain, Indah. Akibat kekeringan itu, ia terpaksa berhemat air, dengan melakukan aktifitas mencuci dua hari sekali. Selain itu juga haru mengurangi volume air yanh digunakan.
"Kalau untuk mandi masih bisa dua kali sehari, tapi ya itu air yang digunakan juga cukup sedikit, paling sekitar setengah bak. Kalau tidak begitu tidak cukup" paparnya.
Indah mengaku, hingga kini Pemerintah Kabupaten Trenggalek maupun dinas terkait belum memberikan bantuan air bersih. Warga berharap pemerintah daerah segera turun tangan.
"Sebetulnya yang kami inginkan tidak banyak, hanya air, kemudian bantuan jeriken dan kalau bisa di sini diberi tandon air," ujarnya.
Karena pada tahun-tahun sebelumnya pengiriman bantuan air bersih dari pemerintah hanya diperuntukan bagi warga yang ada di pinggir jalan raya.
"Sedangkan untuk warga yang rumahnya agak masuk ke dalam sudah tidak kebagian lagi, padahal semua butuh air bersih," tandasnya.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan klaim Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Joko Rusianto, yang mengaku siap memberikan bantuan air bersih.
Bahkan Joko menyatakan, pemerintah desa cukup menelepon BPBD maka air langsung dikirimkan ke lokasi yang mengalami krisis air, sedangkan surat permohonan bisa menyusul kemudian hari.
"Prosedur yang kami gunakan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kami sudah berkoordinasi dengan PDAM," ujarnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon