Trenggalek, 18/4 - Sejumlah pegusaha angkutan umum di Trenggalek, Jawa Timur mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar oleh pihak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Salah satu pemilik perusahaan otobus di Trenggalek, Hartanto, Kamis mengatakan, saat ini di SPBU Ki Mangun Sarkoro setiap bus miliknya hanya mendapatkan jatah solar maksimal Rp100 ribu.
"Kalau hanya mendapatkan Rp100 ribu jelas tidak mungkin cukup untuk perjalanan jauh sampai di Surabaya, padahal kebutuhan kami kauh di atas itu," katanya.
Akibatnya, saat ini beberapa kendaraanya tidak dapat beroperasi karena sulit mendapatan bahan bakar. Kata dia, idealnya untuk perjalanan jauh, setiap bus mebutuhkan solar minimal 100 liter, dengan jumlah tersebut maka jarak tempuh yang bisa dijangkau akan lebih jauh.
"Kalau hanya Rp100 ribu itu sama dengan 22 liter, jumlah segitu hanya cukup untuk perjalanan sampai Kediri saja, padahal setiap bus itu juga memiliki alokasi waktu yang terbatas," imbuhnya.
Sementara itu salah satu sopir bus, Samsuri berharap kepada pemerintah, khususnya Pertamina mengeluarkan kebijakan khusus yang menjamin ketersediaan solar bagi seluruh angkutan umum.
Dengan demikian maka fungsi angkutan umum sebagai angkutan massal bisa terus berjalan dan ikut mengrangi tingkat konsumsi BBM di masyarakat.
"Kalau sampai kendaraan angkutan umum itu tidak dapat beroperasi maka yang rugi bukan hanya pengusaha saja, awak bus, penumpang dan masyarakat juga dirugikan, bahkan pemerintah juga akan merasakan dampaknya," imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah, salah satu pengelola SPBU di Trenggalek, Mujahidin mengatakan, kebijakan pembatasan pembelian solar merupakan inisiatif dari masing-masing pegelola.
"Kebijakan pembatasan pembelian solar ini kami lakukan untuk pemerataan saja, agar distribusi solar itu bisa dirasakan masyarakat luas," katanya.
Menurutnya, untuk pembelian menggunakan jeriken mendapatkan jatah Rp90 ribu, sedangkan kendaraan roda empat bisa pembelian solar maksimal Rp100 ribu dan kendaraan rida enam atau lebih, alokasi yang diberikan maksimal Rp150 ribu.
Kelangkaan bahan bakar solar bersidi terjadi di seluruh wilayah Trenggalek sejak dua pekan terakhir. Dari pantauan di lapangan, hampir di setiap SPBU terdapat antrean panjang kendaraan.
Salah satu pemilik perusahaan otobus di Trenggalek, Hartanto, Kamis mengatakan, saat ini di SPBU Ki Mangun Sarkoro setiap bus miliknya hanya mendapatkan jatah solar maksimal Rp100 ribu.
"Kalau hanya mendapatkan Rp100 ribu jelas tidak mungkin cukup untuk perjalanan jauh sampai di Surabaya, padahal kebutuhan kami kauh di atas itu," katanya.
Akibatnya, saat ini beberapa kendaraanya tidak dapat beroperasi karena sulit mendapatan bahan bakar. Kata dia, idealnya untuk perjalanan jauh, setiap bus mebutuhkan solar minimal 100 liter, dengan jumlah tersebut maka jarak tempuh yang bisa dijangkau akan lebih jauh.
"Kalau hanya Rp100 ribu itu sama dengan 22 liter, jumlah segitu hanya cukup untuk perjalanan sampai Kediri saja, padahal setiap bus itu juga memiliki alokasi waktu yang terbatas," imbuhnya.
Sementara itu salah satu sopir bus, Samsuri berharap kepada pemerintah, khususnya Pertamina mengeluarkan kebijakan khusus yang menjamin ketersediaan solar bagi seluruh angkutan umum.
Dengan demikian maka fungsi angkutan umum sebagai angkutan massal bisa terus berjalan dan ikut mengrangi tingkat konsumsi BBM di masyarakat.
"Kalau sampai kendaraan angkutan umum itu tidak dapat beroperasi maka yang rugi bukan hanya pengusaha saja, awak bus, penumpang dan masyarakat juga dirugikan, bahkan pemerintah juga akan merasakan dampaknya," imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah, salah satu pengelola SPBU di Trenggalek, Mujahidin mengatakan, kebijakan pembatasan pembelian solar merupakan inisiatif dari masing-masing pegelola.
"Kebijakan pembatasan pembelian solar ini kami lakukan untuk pemerataan saja, agar distribusi solar itu bisa dirasakan masyarakat luas," katanya.
Menurutnya, untuk pembelian menggunakan jeriken mendapatkan jatah Rp90 ribu, sedangkan kendaraan roda empat bisa pembelian solar maksimal Rp100 ribu dan kendaraan rida enam atau lebih, alokasi yang diberikan maksimal Rp150 ribu.
Kelangkaan bahan bakar solar bersidi terjadi di seluruh wilayah Trenggalek sejak dua pekan terakhir. Dari pantauan di lapangan, hampir di setiap SPBU terdapat antrean panjang kendaraan.
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon